Metode Skrinning Untuk Anak dan Bayi

  1. NRS (Nutritional Risk Screening)

Nutritional Risk Screening adalah Langkah pertama dalam pengobatan penyakit yang berhubungan dengan  gizi. Oleh karena itu, harus dilakukan sudah pada masuk dan diulang secara teratur (Misalnya seminggu sekali) selama tinggal di rumah sakit. “

Sebuah sistem untuk skrining risiko gizi dijelaskan. Hal ini didasarkan pada konsep bahwa
dukungan nutrisi diindikasikan pada pasien yang sakit parah dengan kebutuhan gizi meningkat, atau yang nutrisi cukup. The “Nutrisi Seleksi Risiko Kuesioner “dapat digunakan untuk mengidentifikasi gizi remaja yang berpotensi terkena risiko gizi buruk. Itu pertanyaan yang diajukan alamat makan perilaku, pilihan makanan, makanan sumber daya, berat dan citra tubuh, aktivitas fisik, dan klien kesiapan untuk membuat perubahan  daerah-daerah.

Nutrisi ini penting bagi kesehatan secara keseluruhan, namun sering diabaikan. Di semua sektor perawatan kesehatan, perawatan gizi yang kurang dimanfaatkan, yang sering menimbulkan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Nutritional Risk Screening adalah sarana untuk dengan cepat dan mudah mengidentifikasi siapa mungkin memiliki masalah gizi. Ini adalah langkah pertama dalam program perawatan gizi yang komprehensif yang akan memenuhi kebutuhan nutrisi klien dan pasien.

Nutrisi skrining risiko mengidentifikasi individu-individu “beresiko” untuk asupan makanan terganggu dan akhirnya status gizi buruk jika intervensi tidak terjadi. Nutritional Risk Screening melibatkan identifikasi faktor risiko dalam kelompok populasi tertentu yang dapat mempengaruhi asupan makanan dan status gizi. Faktor risiko akan berubah dengan kelompok penduduk. Dalam perawatan akut,  berefek pada status gizi, peradangan, asupan makanan, dan perubahan komposisi fungsional tubuh.

Kualitas alat risiko gizi skrining yang diperlukan, mereka harus valid, dapat diandalkan, layak dan sesuai dengan budaya. Profesor Keller telah terlibat dalam pengembangan dan / atau evaluasi alat skrining gizi beberapa risiko, termasuk SCREEN© (Seniors in the Community Risk Evaluation for Eating and Nutrition) and NutriSTEP® (Nutrition Screening for Toddlers and Preschoolers). 

NRS didasarkan pada interpretasi yang  tersedia uji klinis. * Menunjukkan bahwa secara langsung mendukung kategorisasi pasien dengan diagnosis itu. Diagnosa ditampilkan dalam huruf miring didasarkan pada prototipe yang diberikan di bawah ini. Risiko gizi didefinisikan oleh status gizi sekarang dan risiko penurunan status ini, karena persyaratan meningkat disebabkan oleh metabolisme stres pada kondisi klinis.

 Sebuah rencana perawatan gizi diindikasikan pada semua pasien yang (1) sangat kurang (skor = 3), atau (2) sakit parah (skor = 3), atau (3) cukup gizi + agak sakit (skor 2 +1), atau (4) agak kurang gizi + cukup sakit (skor 1 + 2).

Prototipe untuk keparahan penyakit

Skor = 1: pasien dengan penyakit kronis, dirawat di rumah sakit akibat komplikasi. Pasien lemah tetapi bisa bangkit dari tempat tidur. Kebutuhan protein meningkat, tetapi dapat ditutupi dengan diet oral atau suplemen.

Skor = 2: pasien berada di tempat tidur karena sakit, misalnya setelah operasi besar perut. Kebutuhan protein meningkat secara substansial, tetapi dapat tertutup, meskipun makanan buatan diperlukan dalam banyak kasus.

Skor = 3: pasien dalam perawatan intensif . Protein dibantu meningkat dan tidak dapat ditutupi bahkan oleh makanan buatan. Kerusakan protein dan kehilangan nitrogen dapat secara signifikan dilemahkan.

2. PNSC (Parent Nutrition Screening Checklist For Children With Special Needs)

PNSC adalah Pengembangan skrinning gizi untuk Anak-anak Berkebutuhan Khusus. Makan begitu mudah dan alami yang kadang-kadang kita menerima begitu saja. Waktu makan juga kadang dihabiskan bersama dengan keluarga dan teman-teman. Namun, untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus, tindakan sederhana seperti makan dapat menjadi masalah harian untuk kedua orang tua dan anak. Makan dapat menjadi terkait dengan rasa takut,  stres dan ketidaknyamanan.

Sebanyak 40% anak-anak dengan kebutuhan khusus di AS bisa berada di gizi resiko (0,1). Umum kekhawatiranterlihat pada anak-anak dengan kebutuhan khusus (CSN)  termasuk masalah pertumbuhan dan berat badan, kesulitan makan oral, kekurangan gizi dan aksesibilitas makanan. Ketika masalah ini tidak ditangani, dapat menambah suatu kecacatan anak, menurunkan kualitas hidup dan meningkatkan biaya intervensi, terapi lain dan dukungan.

Namun, tidak semua CSN akan memerlukan intervensi gizi. Oleh karena itu, kami menyadari bahwa ada kebutuhan untuk mengembangkan alat skrining untuk mengidentifikasi gizi pada CSN di masyarakat agar bisa diintervensi. Seringkali ada aksesibilitas terbatas pada ahli gizi untuk penilaian gizi atau konsultasi. sehingga checklist skrining diri diberikan nutrisi dapat membantu kesehatan  profesional untuk menentukan mana anak akan mendapat manfaat dari intervensi gizi. Parent Nutrition Screening Checklist (PNSC) ini bisa digunakan untuk orang tua anak-anak dengan kebutuhan khusus usia 1 sampai 18 tahun. Istilah “anak berkebutuhan khusus” menggambarkan berbagai kondisi: cacat neuromotor (misalnya cerebral palsy), kompleks perkembangan dan perilaku cacat dan kebutuhan kesehatan khusus seperti cedera otak, Downs syndrome, spina bifida, otot penyakit, anak-anak tergantung pada teknologi medis, anak-anak dengan paparan pralahir untuk alkohol dan obat-obatan lainnya, Autisme.

Untuk PNSC didefinisikan sebagai orang tua di masyarakat berperan menyelesaikan alat untuk mendeteksi tingkat risiko gizi bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus dari usia 1-18 tahun. Faktor risiko atribut kunci gizi dibentuk menjadi tiga kategori. Pertanyaan yang berkaitan dengan tiga kategori membentuk dasar dari checklist skrining adalah :

(A) Kesehatan & Diet Khusus (HS) misalnya berat badan atau lebih berat, muntah, sembelit atau diare;  kesehatan gigi mempengaruhi makan, kesulitan dengan diet khusus, masalah dengan tube feeding.

(B) Oral Feeding (OF) susah bicara, kesulitan makan perilaku, komunikasi.

(C) Intake (IN) misalnya penggunaan vitamin / mineral suplemen, asupan yang tidak memadai atau berlebihan dari cairan, makanan atau camilan energi tinggi, asupan non-makanan (pica).

APPENDIX  1

 Sample Questions from tool — PARENT NUTRITION SCREENING CHECKLIST FOR  CHILDREN WITH SPECIAL NEEDS

Instruksi:

Anak-anak dengan kebutuhan khusus sering memiliki masalah gizi. Checklist ini dapat membantu mengidentifikasi anak-anak yang dapat manfaat dari dukungan nutrisi. Silakan lingkaran YES atau NO untuk masing-masing Pernyataan dan kemudian tingkat tingkat perhatian dengan melingkari nomor yang sesuai: 0 = tidak ada perhatian,

1 = beberapa kekhawatiran, 2 = sangat prihatin.

ITEM

YES

NO

LEVEL OF  CONCERN

3. My child has problems with bowel movements  (e.g. too watery or constipated)

YES

NO

0      1       2

6. My child is on a tube feeding.

YES

NO

0      1       2

8. My child usually:  refuses to eat ____   eats too much ______

YES

NO

0      1       2

13. Over a one week period consider: My child eats too much or not enough fruit (includes fruit juices).

YES

NO

0      1      

 

3. STAMP ( Screening Tool for the Assessment of Malnutrition in Paediatric )

Latar Belakang & Tujuan

STAMP adalah nutrisi divalidasi alat skrining untuk digunakan pada anak-anak dirawat di rumah sakit berusia 2-16 tahun. Status gizi seorang anak bisa memburuk selama masuk rumah sakit. Tidak ada alat skrining universal diterima anak gizi ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi validitas dan kemudahan penggunaan dua STAMP baru, instrumen dan STRONGKIDS, untuk penilaian risiko gizi pasien rawat inap pediatrik.

Metode

Dalam sebuah studi cross-sectional dua peneliti terlatih diterapkan STAMP dan STRONGKIDS untuk pasien rawat inap yang memenuhi syarat. Data demografi, informasi klinis dan pengukuran antropometri dicatat. Korelasi risiko dinilai dan dua faktor prediksi risiko gizi, status gizi antropometri dan adanya intervensi gizi, digunakan untuk mengevaluasi validitas instrumen.

Hasil

Dari 43 anak dinilai oleh STAMP dan STRONGKIDS, dinilai sebagai: STAMP: resiko tinggi 44%, 28% menengah risiko dan risiko rendah 28% dan STRONGKIDS: 27% risiko tinggi, risiko menengah 49%, dan risiko rendah 24%. Cap skor berhubungan dengan tindakan antropometri gizi kronis (tinggi-untuk-usia) tetapi tidak ukuran gizi akut (BMI). STRONGKIDS berhubungan dengan semua langkah antropometri. Untuk STAMP dan STRONGKIDS, 57% dan 83% dari anak-anak berisiko tinggi masing-masing, menerima intervensi gizi.

NCP (nutritional care process) Gizi pada usia dewasa

Ilustrasi

Seorang bapak bermana Juartono berumur 41 tahun memiliki TB 164 cm BB 65 kg. Saat ini bapak Juartono bekerja sebagai mandor sekaligus supir alat berat di perusahaan tambang swasta di kalimantan timur, dengan jam kerja mulai dari 06.00 pagi hingga 18.00. keadaan lingkungan tambang yang berdebu dan tandus adalah keseharian yang biasa dihadapi oleh bapak Juartono. Dan jam istirahat 2x yaitu pada jam 09.00 pago dan 03.00 sore.  Pada saat istirahat bapak Juartono menyantap makan siang yang disiapkan oleh perusahaan tersebut. Bapak Juartono mempunyai problem tentang berat badan lebih. Bapak juartono termasuk orang yang sangat menyukai buah dan sayuran.

Dan diperoleh recaal makan bapak juartono sehari sebagai berikut :

waktu

makanan

Bahan

berat

Energi

Prot

L

KH

pagi

Nasi putih

Beras

150 gr

262.5

6

60

05.40

Telur ayam goreng

Telu ayam ras

60 gr

95

10

6

 

 

Minyak

5 gr

45

5

 

Teh hangat manis

Gula

13 gr

40

10

 

 

 

 

442,5

16

11

70

09.00

Teh manis

Gula

13 gr

40

10

 

Bolu

Gula

13 gr

40

10

 

 

Tepung terigu

100 gr

262,5

6

60

 

 

Telur ayam

60 gr

95

10

6

 

Donat

Gula

13 gr

40

10

 

 

Tepung terigu

100 gr

262,5

6

60

 

 

 

 

740

22

6

150

Siang

Nasi putih

Beras

150 gr

262,5

6

60

01.00

Ikan patin goreng

Patin

50 gr

95

10

6

 

Sambel goreng tahu

Tahu

100gr

80

6

3

8

 

 

Minyak

5 gr

45

5

 

 

 

 

482,5

22

14

68

03.00

Roti

 

50 gr

87,5

2

20

 

Kacang goreng

Kacang tanah

80 gr

320

24

12

32

 

 

Minyak

5 gr

45

5

 

Buah

Apel

150 gr

80

20

 

Susu

 

100 ml

110

7

7

9

 

 

 

 

642,5

33

24

81

07.00

Nasi putih

Beras

150 gr

262,5

6

60

 

Oseng jagung manis

Jagung manis

50 gr

25

1,5

5

 

 

Terong

50 gr

25

1.5

5

 

 

Minyak

5 gr

45

5

 

Ikan sepat kering

 

25 gr

95

10

6

 

Teh manis

Gula

13 gr

40

10

 

 

 

 

492,5

19

11

80

 

 

Jumlah

 

2.800

90

66

449

 

 

 

 

 

NCP

  1. A.  IDENTITAS PASIEN

Nama : Juartono

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 41 tahun

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Keluhan : Kelebihan berat badan

 

  1. B.  SKRINING GIZI

NO

INDIKATOR

YA

TIDAK

1

Perubahan BB

 

P

2

Nafsu makan kurang

 

3

Kesulitan mengunyah dan menelan

 

P

4

Mual dan muntah

 

P

5

Diare/konstipasi

 

P

6

Alergi/intoleransi zat gizi

 

P

7

Diet khusus

 

P

8

Enteral/parenteral

 

P

9

Serum albumin rendah

 

P

10

Status gizi normal ( IMT )

 

P

Kesimpulan : berdasarkan skrining diatas status gizi bapak Juartono tidak normal dengan IMT 25,39 Kg/m2 (kelebihan berat badan tingkat ringan )

 

 

 

  1. C.  ASESMENT GIZI

Antropometri

BBI = 57,6 Kg

IMT = 25,39 ( overweight tingkat ringan )

Biokimia

Clinis

Fisik

Dietary history

Bapak juartono bekerja di sebuah perusahaan tambang dengan jam kerja dari 06.00-18.00. Dengan istirahat 2x. Dan mempunyai keluhan tentang berat bdannya.

Dan diperoleh Audit Gizi :

  • E     =  x 100 %= 112,2 ( baik )
  • P     =  x 100 % = 96,18 ( baik )
  • L     =   x 100 % =  119,02 ( baik)
  • KH =  x 100 % = 110,73 ( baik )

Aktivitas fisik

Berat

 Kesimpulan : kebutuhan zat gizi yang dikonsumsi baik.

 

  1. D.  DIAGNOSA GIZI

      Domain Intake

 

 

 

 

      Domain Klinis

NC-3.3 kelebihan berat badan tingkat ringan ,berkaitan dengan pola makan yang tidak seimbang dan dibuktikan dengan IMT= 25,39 ( overweiht tingkat ringan )

      Domain Prilaku

NB-2.4 ketidak mampuan menyiapkan makanan/ hidangan sendiri berkaitan dengan kelebihan aktivitas fisik dibuktikan dengan tidak normalnya berat badan ideal.

  1. E.  Intervebsi Gizi

      Tujuan :

  1. Jangka panjang : Memperbaiki pola makan menjadi lebih teratur dan bergizi
  2. Jangka pendek : Menurunkan berat badan

      Jenis Diet : Obesitas => diet rendah kalori gizi seimbang.

 

      Perhitungan  Zat  Gizi dan Cairan :

BBI         = 90% (164-100)

               = 57,6 Kg

BMI : kg/cm2 ( overweight tingkat ringan )

Kebutuhan cairan : 35 x 57,6 = 2.016 ml/kgBB/hr

Kebutuhan Energi :

BMR                           = 1 x 57,6 x 24                =1.382,4 Kkal

Koreksi tidur    = 10% x 57,6 x 8 jam                 = 46,08 Kkal     –

                                                                        1.336,32 Kkal

Koreksi umur    = 3% x 1.336,32                        = 40,08 Kkal  –

                                                                        1.296,24 Kkal

Aktivitas          = 75% x 1.296,24                       = 972,18 Kkal   +

                                                                        2.268,42 Kkal

SDA                           = 10% x    2.268,42                   = 226,84 Kkal

                                                      2.495,26 Kkal

±5% x 2.495,26 = 124,76

2.495,26 – 124,76= 2.370,5 Kkal

2.495,26 + 124,76= 2.620,02 Kkal

 

Protein =

±5% x 93,57 = 4,67

93,57 – 4,67 = 88,9 Kkal

93,57 + 4,67 = 98,24 Kkal

Lemak =

±5% x 55,45 = 2,77

55,45 – 2,77 = 52,68 gram

55,45 + 2,77= 58,22 gram

 

KH = =  gram

±5% x 327,28 = 16,36

327,28 – 16,36 = 310,92 gram

327,28 + 16,36 = 343,64 gram

      Prinsip diet : Rendah kalori (KH dan Lemak), tinggi serat, protein cukup dan vit C.

      Syarat diet :

  • Pengurangan kalori 500 Kkal/ hari => menrunkan BB sebanyak 0.5 kg/minggu
  • Protein diberikan cukup sebanyak 93,57 gram.
  • Tinggi serat => membuat rasa kenyang
  • Makanan tinggi kandungan Fe + suplemen Fe.
  • Makanan tinggi kandungan vit C untuk mempertahankan kondisi imun dilapangan.

      Bentuk makanan : Biasa

      Frekuensi : 3x makanan utama, 2x selingan.

      Rute : oral ( mulut)

      Edukasi Gizi

Topik : Tentang pola makan seimbang

Sasaran : Bapak Juartono dan keluarga

Metode : Ceramah, diskusi dan tanya jawab

Alat peraga : Food model

Waktu : 30 menit

Materi :

–      Pentingnya menu seimbang untuk orang dewasa dengan berat badan lebih.

–      Pentingnya mengkonsumsi makanan yang mengandung vit.C berguna untuk antibody dengan lingkungan yang kurang baik.

      Monitoring dan Evaluasi

–      Apakah Bapak Juartono sudah menerapkan menu seimbang ?

–      Apakah berat badan Bapak Juartono sudah turun?

Menu sehari bapak Juartono

Waktu

Menu

Bahan

Berat

Kkal

Prot

L

Kh

Pagi

Nasi putih

Beras

100 gr

180

3

0,3

39,8

 

Ayam goreng

Ayam

100 gr

298

18,2

25

 

 

Minyak

13 gr

114,9

13

 

Tahu orak arik

Tahu

50 gr

40

5,4

2,3

0,4

 

 

Gula

5 gr

19,7

4,7

 

 

Cabai rawit

5 gr

6

0,2

0,12

0,9

 

 

 

 

658,6

26,8

40,7

45,8

Snack

Kolak pisang

Pisang

100 gr

180

3

0,3

39,8

 

 

Gula merah

13 gr

47,8

11,9

 

 

Santan

50 ml

45

5

 

Jus mangga

Mangga

200 gr

104

1,4

24,6

 

 

Gula

13 gr

114,9

13

 

 

 

 

491,7

17

18,3

76,3

Siang

Nasi putih

Beras

100 gr

180

3

0,3

39,8

 

Pepes tongkol

Ikan tongkol

50 gr

50

6,8

0,75

4

 

 

Gula

5 gr

19,7

4,7

 

Tempe goreng

Tempe

50 gr

100,5

10,4

4,4

6,75

 

 

Minyak

13 gr

114,9

13

 

Lalapan + sambel kacang

Kacang panjang

10 gr

3,1

0,23

0,01

0,53

 

 

Daun singkong

10 gr

5

0,62

0,11

0,71

 

 

Terong

50 gr

5,6

0,22

0,04

1,1

 

 

Kacang tanah

40 gr

210

11,16

17,08

6,96

 

 

Gula

5 gr

19,7

4,7

 

 

Minyak

13 gr

114,9

13

 

Buah

Pepaya

100 gr

46

0,5

12,2

 

 

 

 

869,4

32,9

88,2

81,4

Snack

Bakwan dan tahu isi

Tepung terigu

100 gr

333

9,0

1,0

77,2

 

 

Gula

5  gr

19,7

4,7

 

 

Tahu

100 gr

80

10,9

4,7

0,8

 

 

Bihun

50 gr

174

2,3

0,05

41

 

 

Wortel

20 gr

7,2

0,2

0,12

1,58

 

 

Kubis

10 gr

2,9

0,14

0,02

0,53

 

 

Tauge

20 gr

6,8

0,74

0,24

0,86

 

 

Minyak

26 gr

228,9

26

 

 

 

 

852,5

23,2

31,1

126,6

Malam

Nasi putih

Beras

150 gr

270

4,5

0,45

59,7

 

Ikan mas goreng

Ikan mas

100 gr

86

16

2

 

 

Minyak

13 gr

114,9

13

 

Oseng sayuran

Tahu

50 gr

40

5,4

2,3

0,4

 

 

Jagung muda

15 gr

5,2

0,33

0,01

1,1

 

 

Kubis

10 gr

2,9

0,14

0,02

0,53

 

 

Wortel

15 gr

5

0,36

0,04

0,8

 

 

Telur

60 gr

92,4

7,4

6,4

0,4

 

 

Minyak

13 gr

114,9

13

 

 

Gula

5 gr

19,7

4,7

 

Buah

Apel

150 gr

87

0,45

0,6

22,3

 

 

 

 

838

34,5

37,8

89,9

 

NCP (nutritional care process) Gizi pada Lansia (lanjut usia)

Contoh Kasus

Seorang bapak bernama Agung Winardo berumur 70 tahun memiliki TB 168 cm BB 72 kg. Pensiunan Tentara Nasional Indonesia. Saat ini ia bekerja sebagai petani menggarap lahan miliknya seluas 1 Ha. Setiap pagi ia pergi bekerja mulai jam 06.00 sampai jam 11.00 untuk istrahat makan siang. Istrinya selalu menyiapkan telur ceplok dan nasi putih untuk sarapan pagi. Nasi putih dan ikan asin serta tempe goreng, sayur lodeh dan buah pisang menjadi santapan makan siang.  Tidur siang ia lakukan setelah sholat dhuhur dan kembali kesawah pada pukul 5.00 sampai jam 18.00 sore. Setelah sholat magrib pak Agung Winardo makan malam dengan nasi putih, tahu goreng, sambel terasi dan lalapan. Pak Agung Windardo mempunyai masalah dengan giginya ,terkadang giginya yang sudah sedikit tersebut terasa sakit dan bergoyang. Disamping itu ia jarang berolah raga.

Recall makan pak Agung Winardo

Waktu Menu Bahan Gr/ml Kkal Prot L KH
pagi Nasi putih Beras 150 gr 262,5 6 60
Telur ceplok Telur ayam 60 gr 95 10 6
Siang Nasi putih Beras 150 gr 262,5 6 60
Ikan asin Ikan asin 25 gr 95 10 6
Tempe goreng Tempe 50 gr 80 6 3 8
Minyak 5 gr 45 5
Sayur lodeh Santan 50 ml 45 5
Buah Pisang 75 gr 40 10
925 38 25 138
Malam Nasi putih Beras 100 gr 175 4 40
Tahu goreng Tahu 100 gr 80 6 3 8
Minyak 5 gr 45 5
Sambal terasi
Lalapan Kacang panjang 25 gr 25 1,5 5
Daun singkong 25 gr 25 1,5 5
350 13 8 58
Jumlah 1.275 51 33 196

NCP

  1. A.  IDENTITAS PASIEN

Nama : Agung Windardo

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 70 tahun

Pekerjaan : Petani

  1. B.  SKRINING GIZI

NO

INDIKATOR

YA

TIDAK

1

Perubahan BB

P

2

Nafsu makan kurang

P

3

Kesulitan mengunyah dan menelan

 P

4

Mual dan muntah

P

5

Diare/konstipasi

P

6

Alergi/intoleransi zat gizi

P

7

Diet khusus

P

8

Enteral/parenteral

P

9

Serum albumin rendah

P

10

Status gizi normal ( IMT )

 

P

Kesimpulan : berdasarkan skrining diatas status gizi Bapak Agung Windardo tidak normal dengan IMT 25,53 Kg/m2 (kelebihan berat badan tingkat ringan ) dan Bapak Agung Windardo mengalami kesulitan mengunyah.

  1. C.  ASESMENT GIZI
Antropometri BBI = 61,2 Kg

IMT = 25,53 ( overweight tingkat ringan )

Biokimia
Clinis
Fisik Kesulitan mengunyah
Dietary history Bapak Agung Windardo bekerja sebagai petani. Dan mempunyai keluhan mengunyah.

Dan diperoleh Audit Gizi :

  • E     =  x 100 %= 56 ( buruk )
  • P     =  x 100 % = 35,85 ( buruk )
  • L     =    x 100 % =  87 ( sedang )
  • KH =  x 100 % = 52,99 ( buruk )
Aktivitas fisik Sedang

Kesimpulan : kebutuhan zat gizi yang dikonsumsi buruk terutama E,P dan KH .

  1. D.  DIAGNOSA GIZI

Domain Intake

NI-1.4 Iekurangan Intake Energi ditandai dengan adanya faktor spikologis yang menyebabkan kurangnya nafsu makan dibuktikan dengan audit gizi E= 56( buruk ).

NI-51.1 Kekurangan Intake Protein ditandai dengan kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan makanan dan nutrisi dibuktikan dengan audit gizi = 35,85  ( buruk ).

NI-53.1 Kekurangan Intake Karbohidrat di tandai dengan kurangnya pengetahuan tentang makanan dan nutrisi dibuktikan dengan audit gizi =  52,99 ( buruk ).

Domain Klinis

NC-3.3 kelebihan berat badan tingkat ringan ,berkaitan dengan pola makan yang tidak seimbang dan dibuktikan dengan IMT= 25,53 (kurang berat tingkat ringan )

Domain Prilaku

NB-2.4 ketidak mampuan menyiapkan makanan/ hidangan sendiri berkaitan dengan kelebihan aktivitas fisik dibuktikan dengan tidak normalnya berat badan ideal.

  1. E.  Intervebsi Gizi

Tujuan :

  1. Jangka panjang : Mengurangi / menurunkan berat badan Bapak Agung.
  2. Jangka pendek : menyeimbangkan asupan zat gizi Bapak Agung.

Jenis Diet : Obesitas => diet rendah kalori gizi seimbang

Perhitungan  Zat  Gizi dan Cairan :

BBI        = 90% (168-100)

= 61,2 Kg

IMT : kg/cm2 ( overweight tingkat ringan )

Kebutuhan cairan : 25 x 61,2 = 1.530 ml/kgBB/hr

Kebutuhan Energi :

Energi =  13,5 x 61,2 + 467 Kkal               = 1.293,2 Kkal

Aktivitas = 1,76 x 1.293,2                       = 2.276,03 Kkal

±5% x 2.276,03 = 113,80

2.276,03 – 113,80 = 2.162,23 Kkal

2.276,03 + 113,80 = 2.389,83 Kkal

Protein =

±5% x 142,25 = 7,11

142,25 – 7,11 = 135,14 Kkal

142,25 + 7,11 = 149,36 Kkal

Lemak =

±5% x 37,93 = 1,89

37,93 – 1,89 = 36,04 gram

37,93 + 1,89 = 39,82 gram

KH = =  gram

±5% x 369,85 = 19,84

369,85 – 19,84 = 350,01 gram

369,85 + 19,84 = 389,69 gram

Prinsip diet : Rendah kalori (KH dan Lemak), tinggi serat.

Syarat diet :

  • Pengurangan kalori 500 Kkal/ hari => menrunkan BB sebanyak 0.5 kg/minggu
  • Tinggi serat => membuat rasa kenyang

Bentuk makanan : lunak

Frekuensi : 3x makanan utama, 2x selingan.

Rute : oral ( mulut)

Edukasi Gizi

Topik : Tentang pola makan seimbang

Sasaran : Bapak Agung Windardo dan keluarga

Metode : Ceramah, diskusi dan tanya jawab

Alat peraga : Food model

Waktu : 30 menit

Materi :

–      Pentingnya menu seimbang dan makanan yang bergizi

Monitoring dan Evaluasi

–      Pengaturan menu yang seimbang

–      Pola makan, apakah pola makan telah dilakukan sesuai dengan anjuran atau tidak

–      Menurunkan berat badan sehingga menjadi normal

Waktu Menu Bahan Berat Kkal P L KH

Pagi

bubur ayam

beras giling 50 gr

180,4

3,3

0,3

39,8

kaldu ayam 50 gr

3,9

0,3

0,2

0,4

telur masak merah

telur ayam 60 gr

93,1

7,6

6,4

0,7

gula pasir 5 gr

19,3

0

0

5

minyak 5 gr

43,1

0

5

0

Pepes tahu

Tahu 25 gr

88,5

4,3

6,7

3,8

gula pasir 5 gr

19,3

0

0

5

minyak 5 gr

43,1

0

5

0

siang

nasi putih beras giling 100 gr

360,9

6,7

0,6

79,5

pepes ikan

ikan mas 25 gr

32,5

4,6

1,5

0

gula pasir 5 gr

19,3

0

0

5

tomat 15 gr

32

0,1

0

0,7

tempe bacem

tempe 25 gr

19

2

1,2

0,5

gula aren 10 gr

37,6

0

0

9,7

buah pepaya 50 gr

19,5

0,3

0,1

4,9

oseng kangkung

kangkung 20 gr

3

0,5

0

0,4

gula pasir 5 gr

19,3

0

0

5

minyak 5 gr

43,1

0

5

0

malam

nasi putih beras giling 100 gr

360,9

6,7

0,6

79,5

sup kembang tahu

kembang tahu 30 gr

114

12,1

7,2

2,8

wortel 10 gr

4,5

0,1

0

1

kentang 20 gr

18,6

0,4

0

4,3

Tahu kukus

tahu 50 gr

38

4,1

2,4

0,9

buah pisang susu 70 gr

64,4

0,7

0,3

16,4

snack pagi

bingka barandam

tepung terigu 50 gr

182

5,2

0,5

38,2

gula pasir 5 gr

19,3

0

0

5

snack sore

jus

mangga harum manis 50 gr

32,5

0,3

0,2

8,5

gula pasir 5 gr

19,3

0

0

5

puding coklat

agar-agar 12 gr

0

0

0

0

coklat 10 gr

47,7

0,4

3

6,3

Total

2001,7

61,1

51,1

329,2

Tutorial hijab unik dan mudah ala Tiung

Tutorial hijab unik dan mudah ala Tiung

Kali ini saya coba-coba membuat tutorial memasang jilbab unik dan mudah…
Dengan hanya menggunakan 1 jilbab saja..
Smoga bermanfaat.. 
Langkah-langkahnya sebagai berikut….
1. Sediakan jilbab yang panjang… 
2. Buat 1 sisi lebih panjang dan sisi lainnya lebih pendek… 
3. Satukan jilbab dengan peniti dibawah dagu….
4. ambl salah satu sisi yang pendek kemudian gulung menuju keatas kepala.. 
5. Setelah selesai melingkarkan kuatkan dengan peniti dibagian belakang…. 
6. Sisi jilbab yang tersisa ambil dan lingkarkan pada arah yang berlawanan untuk menutupi leher… 
7. Setelah dilingkarkan kebelakang kepala kuatkan dengan menggunakan jarum pentol.. 
8. Kemudian.. selesaaaiii… agar lebih cantik gunakan bros bunga… 
Selamat mencoba ya teman-teman…..
Semoga bermanfaat….    
follow me @ttiung
add me Tiung kecil

kasus KEP

Kasus anak gizi buruk.

Nama : Tia Fitria                     Nim : Po.62.31.3.11.190

Gino (laki-laki) 18 bulan, PB 67 cm, BB 4.8 kg, kerumah sakit karena batuk sejak dua hari yang lalu. Gino tampak letargis dan pucat. Pemeriksaan fisik : pernapasan 50x/menit, nadi 160x/ menit,suhu 38.5o C, cuping hidung kembang kempis, iga kelihatan menonjol, terdapat tarikan dinding dada dan ada edema di kedua punggung kaki. Anamnesis : hanya mendapat ASI sampai 4 bulan dan sejak lahir sudah diberikan pisang serta makanan lain seperti biskuit dan roti. Anamnesis diet : rata-rata makan sehari 3x, hanya 4-5 sendok makan (lauk, kuah sayur ,tempe atau tahu) jarang makan buah, tidak suka ikan dan daging. Makan ayam dan telur (sebulan sekali) dan sering jajan permen, es, kerupuk, biskuit dan kadang-kadang makan bakso keliling. Food recall satu hari sebelum sakit sebagai berikut :

Pagi : Biskuit 4 keping, teh manis ½ gelas (gula 1 sdm)

Snack pagi : permen gulas 2 buah

Siang : nasi ½ piring (50 gram) ,kuah sup ½ mangkok ,tahu goreng 1 potong(50 gram) ,teh manis ½ gelas (gula 1 sdm)

Malam : lontong isi ukuran kecil (50 gram), tahu goreng 1 potong (50 gram), teh manis ½ gelas (gula 1 sdm)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. A.    Identitas Pasien

Nama : Gino

Umur : 18 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

TB : 67 cm

BB : 4.8 kg

  1. B.     Skrining Gizi

No

Indikator

Ya

Tidak

  1. 1.       

Perubahan berat badan

 –

 –

  1. 2.       

Nafsu makan kurang

 –

 –

  1. 3.       

Kesulitan mengunyah / menelan

 –

  –

  1. 4.       

Mual dan muntah

 –

 –

  1. 5.       

Diare / konstipasi

 –

 –

  1. 6.       

Alergi / intoleransi zat gizi

 –

 –

  1. 7.       

Diet khusus

 –

 –

  1. 8.       

Enteral / parenteral

 –

 –

  1. 9.       

Serum albumin rendah

 –

 –

  1. 10.   

IMT normal

 –

ü   

Kesimpulan : Berdasarkan skrining gizi diatas IMT Gino tidak normal.

  1. C.    Assesment Gizi
    1. Antropomtri

BB idaman : 2n + 8 = 2(1.6) + 8 = 11.2 kg

IMT :  = 10.69 -> underweigh

Z-score :

BB/U =  = -5.5 => sangat kurang

PB/U =   = -2.6 => pendek

BB/TB =  = -5.1 => sangat kurus

IMT/U =  = -4.5 => sangat kurus

  1. Biokimia

Tidak ada

  1. Klinis / fisik

Klinis : Pernapasan 50x/menit, nadi 160x/menit, suhu 38.50C, cuping hidung kembang kempis, iga kelihatan menonjol, terdapat tarikan dinding dada dan ada edema di kedua punggung kaki.

Fisik : Gino tampak letargis dan pucat.

  1. Dietary History

Rata-rata Gino makan sehari 3x, hanya 4-5 sendok makan (lauk, kuah sayur ,tempe atau tahu) jarang makan buah, tidak suka ikan dan daging. Makan ayam dan telur (sebulan sekali) dan sering jajan permen, es, kerupuk, biskuit dan kadang-kadang makan bakso keliling. Gino jarang makan buah dan tidak suka makan ikan dan daging.

Sehingga didapatkan recall :

Waktu

Menu

Bahan

Berat Bahan (gram)

Energi (kkal)

Protein (gram)

Lemak (gram)

KH (gram)

 
 

Pagi

biskuit 4 keping

biskuit

40 gr

199,4

2,5

10,2

23,8

 

teh manis

teh

2 gr

1

0

0

0,2

 

 

gula pasir

10 gr

38,7

0

0

10

 

Snack pagi

permen

permen

10 gr

38,7

0

0

10

 

Siang

nasi putih

nasi putih

50 gr

65

1,2

0,1

14,3

 

kuah sup

kaldu ayam

25 gr

2

0,1

0,1

0,2

 

tahu goreng

tahu goreng

50 gr

103

3,7

10,1

0,9

 

teh manis

teh

2 gr

1

0

0

0,2

 

 

gula pasir

10 gr

38,7

0

0

10

 

Malam

lontong

lontong

50 gr

9,4

1,1

2,1

17,8

 

tahu goreng

tahu goreng

50 gr

103

3,7

10,1

0,9

 

teh manis

teh

2 gr

1

0

0

0,2

 

 

gula pasir

10 gr

38,7

0

0

10

 

 

TOTAL

639,6

12,3

32,7

98,5

 

 

Audit Gizi :

Energi : x 100% = 73% => defisit sedang

Protein : x 100% = 54.9% => defisit berat

Lemak : x 100% = 74.7% => defisit kurang

KH : x 100% = 39% => defisit sangat berat

  1. D.    Diagnosa Gizi
    1. Domain Intake

NI-2.1 Kekurangan intake makanan dan minuman oral berkaitan dengan kurangnya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan makanan dibuktikan dengan  intake E=639.6 P=12.3 L=32.7 KH= 98.5.

NI-5.2 Malnutrisi protein energi yang nyata berkaitan dengan kurangnya dalam pemberian makan dan penolakan terhadap makanan tinggi protein yang dibuktikan dengan Gino tidak suka makan ikan dan daging.

  1. Domain Klinis

NC-3.1 Berat badan kurang berkaitan dengan pola makan salah dan intake energi kurang dibuktikan dengan IMT=10.69 dan dari riwayat nutrisi makan Gino menolak makanan.

  1. Domain Behaviour

NB-1.5 kekeliruan pola makan berkaitan dengan perilaku yang berhubungan dengan makanan dan gangguan makan seperti menolak makanan dibuktikan dengan iga kelihatan menonjol akibat simpanan lemak telah habis.

  1. E.     Intervensi Gizi
    1. Tujuan
  • Tujuan Jangka Panjang :
    • Memperbaiki jaringan tubuh dan meningkatkan berat badan hingga ideal.
    • Mengupayakan perubahan sikap terhadap gizi seimbang untuk balita.
    • Tujuan Jangka Pendek : Mengatasi penyakit KEP pada pasien.
  1. Jenis Diet : Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein
  2. Perhitungan Zat Gizi

BB idaman : 2n + 8 = 2(1.6) + 8 = 11.2 kg

BMI :  = 10.69 => underweigh

AMB               = 55 kkal x 11,2 kg     =  616 kkal

Pertumbuhan   = 12% x  616 kkal       =  73,92 kkal

Aktivitas         = 25% x  616 kkal       =  154 kkal

Fases               = 10% x  616 kkal       = 61,6 kkal

SDA                = 5% x  616 kkal         = 30,8 kkal –

                                                               936.32 kkal

Kebutuhan protein                  18 bulan = 2 gram/BB/hari

                                                = 2 gram  x 11,2 kg = 22,4 gram

Lemak                         =  = 46.81 gram

KH                              = 

                                    =  =    

                                    =  =  425.43 gram

Cairan                          = 18 bulan    155

      Fase Stabilisasi (F75):

Adanya edema pada kedua punggung kaki => 10%

            =10% x 4.8 (BBA) = 0.48

            = 4.8 – 0.48 = 4.2

E = 80 x 4.3 = 344

P = 1 x 4.3 = 4.3

Cairan = 130 x 4.3 = 559

344 kkal => 559cc = 0.61

Formula F75

Susu skim bubuk         = 25       = 13.9

Gula pasir                    = 100     = 55.9

Minyak sayur              = 30      = 16.7

Larutan elektrolit        = 20       = 11.18  +

                                                            = 97.68

Formula F75 diberikan sebanyak 12x pemberian setiap 2 jam sekali sehingga 97.68 : 12 = 8.14. Jadi pemberian formula F75 setiap 2 jam sekali sebanyak 8.14 dalam sehari.

      Fase transisi (F100) :

BB = 4.3 kg

E = 100 x 4.3 = 430 kkal

P = 2 x 4.3 = 8.6 gram

Cairan = 430cc

430 kkal : 430 cc => 1 kkal : 1 cc

Formula F100 :

Susu skim bubuk         = 85       = 36.55

Gula pasir                    = 50       = 21.5

Minyak sayur              = 60      = 25.8

Larutan elekttrolit       = 20       = 8.6  +

                                                            = 92.45

Formula F100 diberikan sebanyak 8x pemberian setiap 3 jam sekali sehingga 92.45 : 8 =11.55. Jadi pemberian formula F100 setiap 3 jam sekali sebanyak 11.55 dalam sehari.

      Fase Rehabilitasi

BB = 4.3

E = 150 x 4.3 = 645 kkal

P = 4 x 4.3 = 17.2 gram

Cairan = 645 cc

Formula F100 :

Susu skim bubuk         = 85       = 54.82

Gula pasir                    = 50       = 32.2

Minyak sayur              = 60      = 38.7

Larutan elekttrolit       = 20       = 20.64  +

                                                            = 146.36

Formula F100 diberikan sebanyak 8x pemberian setiap 3 jam sekali sehingga 146.36 : 8 =18.2 Jadi pemberian formula F100 setiap 3 jam sekali sebanyak 18.2 dalam sehari.

  1. Prinsip Diet : Tinggi energi Tinggi protein
  2. Syarat Diet :
  • Tinggi energi untuk mengembalikan jaringan otot yang hilang/menipis.
  • Tinggi protein untuk memenuhi fase tumbuh kejar anak.
  1. Bentuk Makanan : Pada fase rehabilisasi dan fase tindak lanjut diberikan makanan lunak dan pada fase tumbuh kejar diberikan makanan keluarga/biasa.
  2. Frekuensi: 3x makan utama 2x selingan
  3. Rute: Pada fase stabilisasi : Parentral -> NGT. Rute oral pada fase transisi, rehabilitasi dan tindak lanjut.
  4. Edukasi Gizi
  • Anjurkan ibu memberikan makanan kepada anak di rumah sesuai usia anak, jenis makanan yang diberikan mengikuti anjuran makanan
  • Memberikan demonstrasi dan praktek memasak makanan balita
  • Teruskan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun
  • Ibu memberikan aneka ragam makanan dalam porsi kecil dan sering kepada anak sesuai dengan kebutuhan dan umur.
  • Pentingnya penambahan berat badan anak.

 

  1. Monitoring Evaluasi
  • Apakah berat badan Gino naik atau tetap pada penimbangan setiap 2 minggu sekali sebanyak 0.5 gram?
  • Apakah keluarga Gino memberikan asupan makanan sesuai yang dianjurkan?
  • Apakan ibu memasak makanan dengan benar sesuai dengan anjuran?
  • Apakah ibu memberikan asi hingga Gino berumur 2 tahun?

 

 

 

 

 

 

Menu untuk fase rehabilitasi

Waktu 

Masakan

Bahan

Berat

E

P

L

KH

Pagi

Bubur ayam

 

100 gr

158.9

5.1

2.1

28.6

Snack

Pepaya

 

50 gr

19.5

0.3

0.1

4.9

Siang

Bubur nasi wortel

 

150 gr

115.4

2.3

0.2

25.7

Snack

Jeruk manis

 

100 gr

47.1

0.9

0.1

11.8

Malam

Bubur nasi

 

100 gr

106.1

3.9

2.9

15.7

 

Telur ayam bag. Kuning

 

50 gr

139

9.6

10.4

1.1

 

Buah pisang

 

50 gr

46.1

0.5

0.3

11.7

 

Jumlah

 

 

632.1

22.6

16.1

99.5

 

Menu untuk fase tindak lanjut

Waktu 

Masakan

Bahan

Berat

E

P

L

KH

Pagi

Nasi tim ayam

 

100 gr

140

5.8

3.0

21.5

Snack

Bubur kacang hijau

 

50 gr

70

1.5

1.8

12.4

Siang

Nasi putih

 

50 gr

65

1.2

0.1

14.3

 

Ikan bawal bakar

Ikan bawal

50 gr

41.9

9.1

0.3

 –

 

Tempe bacem

 

25 gr

59.3

2.7

3.8

4.4

 

Sayur bening

Bayam

20 gr

7.4

0.7

 –

1.5

 

 

Labu kuning

20 gr

7.8

0.2

0.1

1.8

 

 

gula

5 gr

19.3

 –

 –

5.0

 

Buah

Mangga manis

100 gr

65

0.5

0.3

17.0

Malam

Nasi goreng selimut

Nasi goreng

100 gr

250

3.5

17.2

20.1

 

 

Telur dadar

50 gr

93

5.8

7.3

0.6

 

Jumlah

 

 

818.7

31

33.9

98.6

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asam urat adalah peradangan sendi, yang setiap tahunnya mempengaruhi lebih dari setengah juta orang di Indonesia saja: mereka yang menderita  Asam urat  memiliki rasa sakit dan bengkak pada sendi. Jika tidak diobati, serangan penyakit ini dapat menjadi lebih sering dan menyakitkan, sebaliknya jika mereka benar-benar dirawat dapat mencegah  Asam urat lebih memburuk dan untuk mengendalikan rasa sakitnya.

Ada lebih dari seratus berbagai jenis radang sendi,  asam urat  adalah salah satu dari mereka, dan mempengaruhi sekitar satu dari dua puluh dari mereka yang menderita arthritis: lebih khusus, disebabkan oleh kristal asam urat yang tersimpan di sendi.

1.2 Tujuan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Asam urat adalah asam hasil metabolisme protein berupa asam-asam inti yang terdapat dalam inti sel. Asam urat menjadi masalah bila ekresi atau proses pembuangan tidak terjadi dengan baik. Hal ini terjadi karena ginjal mengalami gangguan fungsi. Ginjal tidak rusak tapi kemampuannya membuang asam urat kurang. Hal ini biasanya karena faktor keturunan. Oleh sebab itu bila ada gangguan fungsi ginjal, kadar asam urat dalam darah akan meningkat atau disebut sebagai hiperurisemia.

Selain dibuang lewat ginjal (70%) dalam bentuk urin, asam urat yang berasal dari makanan dan metabolisme tubuh ini dikeluarkan juga melalui usus yaitu 30%. Kadar asam urat darah yang dianggap normal rata-rata 5-7 mg% (6,5 mg% batas tinggi pria dan 5,5 mg% pada wanita). Sekitar 50% asam urat dalam tubuh berasal dari asupan makanan. peningkatan kadar asam urat dalam darah ini bisa juga terjadi karena asupan makanan yang mengandung purin yang berlebihan. Bahan makanan yang mengandung purin yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah antara lain daging, hati, ikan, sayuran, seperti kangkung, kacang-kacangan serta minuman seperi kopi dan alcohol.

Purin adalah senyawa kimia hadir di semua sel tubuh, ketika sel membelah dan berkembang biak tubuh dan menggunakan kembali komponen untuk membangun sel baru. Purin lebih diekskresikan dari tubuh dengan urin dalam bentuk asam urat, lain senyawa kimia. Dalam beberapa kasus, kadar asam urat dalam darah mungkin sangat tinggi untuk kondisi ini disebut hiperurisemia.

Kadar asam urat darah yang tinggi dapat menyebabkan kesemutan, pegal-pegal, linu-linu, persendian terasa kaku, nyeri sendi, rematik asam urat, sampai pada penyakit jantung dan tekanan darah tinggi. Rasa ngilu itu biasanya ia rasakan di kaki kanan dan tangan kiri. Jika sudah menyerang tangan kiri, rasa ngilu itu akan terus merambat ke bahu dan leher.

Tahapan penyakit Asam Urat atau Gout :

  1. Tahap Asimtomatik

Tahap ini merupakan tahap stadium awal. Kadar asam urat darah meningkat tapi tidak menimbulkan gejala. Selanjutnya encok menyebabkan tekanan darah tinggi atau sakit punggung sakit berat.

  1. Tahap Akut

Serangan akut pertama datang tiba-tiba dan cepat memuncak. Umumnya serangan pertama kali terjadi pada tengah malam atau menjelang pagi. Serangan itu berupa rasa nyeri yang hebat pada pangkal ibu jari kaki. Rasa nyeri ini timbul secara mendadak dan didahului oleh keluhan lain. Rasa nyeri ini begitu hebat sehingga bila bagian yang sakit bila tersentuh bahkan selimut saja sakit sekali. Rasa nyeri tersebut mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan perlahan-lahan akan sembuh spontan dan menghilang dengan sendirinya dalam waktu dua minggu.

  1. Tahap Interkritikal

Penderita dapat kembali bergerak normal serta melakukan berbagai aktivitas seperti olahraga tanopa rasa sakit sama sekali. Kalau rasa nyeri pada serangan pertama itu hilang bukan bererti penyakit itu sembuh total, biasanya beberapa tahun kemudian akan ada serangan kedua.

 

 

 

 

 

BAB III

METODE PERCOBAAN

.1.        Alat dan Bahan

GCU Blood Urid Acid

Alkohol

Blood lanset

Sample

Kapas

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. 1.      Hasil

No

Nama

Kadar Asam Urat

kriteria

  1.  

Feny karika

2.1 mg/dl

Low / tidak normal

  1.  

Nailul

4.3 mg/dl

Normal

  1.  

Asri

5.3 mg/dl

Normal

  1.  

Nurul

2.6 mg/dl

Low / tidak normal

  1.  

Chintia

4.7 mg/dl

Normal

  1.  

Risda

 –

Low / tidak normal

  1.  

Yolanda

–           

High / tidak normal

  1.  

Yulita  

2.6 mg/dl

Low /tidak normal  

  1.  

Andini

 4.0 mg/dl

Normal

  1.  

Evie

3.1 mg/dl

Normal

  1.  

Rina

4.7  mg/dl

Normal

  1.  

Della

7.3 mg/dl

Normal

  1.  

Yetmi

8.5 mg/dl

High /tidak normal

  1.  

Willia

4.7  mg/dl

Normal

  1.  

Ahmad

5.8 mg/dl

Normal

  1.  

Neni

7.3 mg/dl

Normal

  1. 2.      Pembahasan

Asam urat sangat mudah mengkristal/menumpuk bila purin tidak di metabolisme secara sempurna. Pengkristalan biasanya terjadi jika kadar asam urat darah sudah mencaopai 9-10 mg%. Pada sebagian penderita kadar asam urat yang berlebihan dapat tertimbun dalam jaringan ginjal dan mombentuk batu ginjal kadang-kadang juga di temukan batu dalam kandung kemih.Hal ini akan mengganggu fungsi ginjal dan kadang kadang timbul nyeri hebat pada daerah pinggang.

Bisa juga terjadi pada persendian lain seperti pergelangan kaki, punggung kaki, lutut, siku, pergelangan tangan, tangan atau jari tangan. Selain pada sendi serangan bisa juga terjadi pada jaringan dalam yakni ginjal yang kemudian menyebabkan munculnya penyakit kencing batu.

Purin yang lebih diekskresikan dari tubuh dengan urin dalam bentuk asam urat, lain senyawa kimia. Dalam beberapa kasus, kadar asam urat dalam darah mungkin sangat tinggi untuk kondisi ini disebut hiperurisemia.

Asam urat berlebih dalam tubuh membentuk kristal, Pada beberapa orang kristal asam urat diendapkan pada sendi, sementara yang lain menumpuk di bawah kulit, membentuk massa yang dalam beberapa kasus mungkin dipicu dari luar dan yang mengambil nama tophus. Asam urat berlebih juga dapat tertampung di dalam ginjal dan penyebab batu ginjal.

Konsumsi karbohidrat sederhana berakibat peningkatan asam urat di dalam darah yang disebut hiperurisemia.

 

 

Penilaian Statu…

Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun penilaian dari masing-masing adalah sebagai berikut (Supariasa, 2001):

1) Antropometri

Secara umum bermakna ukuran tubuh manusia. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

2) Klinis

Metode ini, didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal tersebut dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

3) Biokimia

Adalah suatu pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: urine, tinja, darah, beberapa jaringan tubuh lain seperti hati dan otot.

4) Biofisik

Penentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi, khususnya jaringan, dan melihat perubahan struktur jaringan.

 

Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi tiga yaitu survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2001). Adapun uraian dari ketiga hal tersebut adalah:

1) Survey konsumsi makanan

Adalah suatu metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

2) Statistik vital

Adalah dengan cara menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

3) Ekologi

Berdasarkan penjelasan dari Bengoa dikatakan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

 

Dalam penilaian status gizi, terdapat berbagai parameter yang dapat digunakan untuk pengukuran. Ada beberapa jenis parameter yang dilakukan untuk mengukur tubuh manusia yaitu: umur, berat badan, panjang badan, lingkar lengan atas, lengkar kepala, lengkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak bawah kulit (Hadi, 2002, Soetjiningsih, 1998, Supariasa, 2001, dan Nurrahmah, 2001).

1) Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan yang terjadi karena kesalahan ini akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran berat badan dan panjang tidak akan berari kalau penentuan umur yang salah. Berdasarkan Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur yang digunakan adalah tahun penuh dan untuk anak 0-24 bulan digunakan bulan penuh. Contoh: bulan usia penuh adalah umur 4 bulan 5 hari dihitung 4 bulan, umur 3 bulan 27 hari dihitung 3 bulan.

2) Berat Badan

Berat badan merupakan pengukuran yang terpenting pada bayi baru lahir. Dan hal ini digunakan untuk menentukan apakah bayi termasuk normal atau tidak (Supariasa, 2001). Berat badan merupakan hasil peningkatan / penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan tubuh. Parameter ini yang paling baik untuk melihat perubahan yang terjadi dalam waktu singkat karena konsumsi makanan dan kondisi kesehatan (Soetjiningsih 1998). Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1) Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain, (2) Mudah diperoleh dan relatif murah harganya, (3) Ketelitian penimbangan maksimum 0,1 kg, (4) Skalanya mudah dibaca, (5) Aman untuk menimbang balita.

3) Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang cukup penting. Keistemewaannya bahwa ukuran tinggi badan akan meningkat terus pada waktu pertumbuhan sampai mencapai tinggi yang optimal. Di samping itu tinggi badan dapat dihitung dengan dibandingkan berat badan dan dapat mengesampingkan umur. Cara mengukur panjang badan usia 0-24 bulan yaitu: (1) alat pengukur diletakkan di atas meja atau tempat yang datar, (2) bayi ditidrkan lurus di dalam alat pengukur, (3) bagian bawah alat pengukur sebelah kaki digeser sehingga tepat menyinggung telapak kaki bayi dan skala pada sisi alat ukur dapat dibaca.

4) Lingkar Kepala

Lingkar kepala dipakai untuk mengetahui volume intrakranial dan dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak. Apabila kepala tumbuh tidak normal maka kepala akan mengecil dan menunjukkan retardasi mental sebaliknya bila kepala membesar kemungkinan ada penyumbatan aliran serebrospinal seperti pada hidrosefalus yang akan meningkatkan volume kepala.

5) Lingkar Lengan Atas

Pengukuran ini mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan berat badan.

6) Lipatan Kulit

Tebalnya lipatan kulit bagian triseps dan subskapular menggambarkan refleksi tubuh kembang jaringan lemak di bawah kulit, yang mencerminkan kecukupan energi (Soetjiningsih, 1998).

 

Menurut ahli gizi IPB, Khomsan (2009), standar acuan status gizi balita adalah berat badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), dan tinggi badan menurut umur (TB/U). Sementara klasifikasinya adalah normal, underweight (kurus), dan gemuk. Untuk acuan yang menggunakan tinggi badan, bila kondisinya kurang baik disebut stunted (pendek). Pedoman yang digunakan adalah standar berdasar tabel WHO-NCHS (National Center for Health Statistics) (www.medicastore.com). Kategori status gizi (normal/kurang) ditentukan berdasarkan z-skor BB/U, TB/U dan BB/TB. Anak dengan z-skor lebih rendah dari -3sd dikategorikan sebagai gizi buruk, -3sd sampai -2sd dikategorikan sebagai gizi kurang dan >-2sd sampai +2sd dikategorikan normal, sedangkan lebih dari +2sd dikategorikan gizi lebih. Berikut adalah tabel ukuran status gizi anak:

 

Tabel 1. Status Gizi Anak

 

 

                Indeks Status Gizi           Ambang Batas

 

                Berat Badan Menurut Umur (BB/U)         Gizi Buruk           < -3 SD

 

                Gizi Kurang         – 3 s/d  <-2 SD

 

                Gizi Baik               – 2 s/d +2 SD

 

                Gizi Lebih            > +2 SD

 

                Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)       

Sangat Pendek  < -3 SD

 

                Pendek                – 3 s/d  <-2 SD

 

                Normal – 2 s/d +2 SD

 

                Tinggi    > +2 SD

 

                Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)        

Sangat Kurus      < -3 SD

 

                Kurus    – 3 s/d  <-2 SD

 

                Normal – 2 s/d +2 SD

 

                Gemuk > +2 SD

 (Sumber : Depkes RI, 2002)

 

BAB 1PENDAHULUA…

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun, namun manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Istilah untuk manusia yang usianya sudah lanjut belum ada yang baku. Orang sering menyebutnya berbeda-beda. Ada yang menyebutnya manusia usia lanjut (Manula), manusia lanjut usia (Lansia), ada yang menyebut golongan lanjut umur (Glamur), usia lanjut (Usila), bahkan kalau di Inggris orang biasa menyebutnya dengan istilah warna negara senior.

Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa konsekuensi bertambahnya jumlah lansia. Abad 21 ini merupakan abad lansia (era of population ageing), karena pertumbuhan lansia di Indonesia akan lebih cepat dibandingkan dengan negara-negara lain. Indonesia diperkirakan mengalami aged population boom pada dua dekade permulaan abad 21 ini.

1.2  TUJUAN

1.2.1        Untuk memenuhi tugas Gizi Dalam Daur Kehidupan

1.2.2        Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gizi pada usia lanjut

1.2.3        Untuk mendeskripsikan masalah gizi pada usia lanjut

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Usia Lanjut

Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua.

Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa konsekuensi bertambahnya jumlah lansia. Abad 21 ini merupakan abad lansia (era of population ageing), karena pertumbuhan lansia di Indonesia akan lebih cepat dibandingkan dengan negara-negara lain. Indonesia diperkirakan mengalami aged population boom pada dua dekade permulaan abad 21 ini.

 

2.2  Batasan Usia Lansia

Menurut Durmin(1992) membagi lansia menjadi young elderly (65-74 tahun) dan older elderly (75 tahun keatas).

Menurut Munro (1987) membagiolder elderly menjadi2 yaitu usia75-84 dan 85 tahun keatas.

Menurut M.AlwiDahlan: lansia adalah orang yang telah berusia 60 tahun atau sudah masuk pada masa pensiun.

Ada 2 macam umur yaitu :

–          Umur kronologis adalah umur yang dicapai seseorang dalam kehidupannya dihitung dengan tahun almanak atau kalender.

–          Umur Biologis, adalah usia yang sebenarnya:

  1. Pematangan jaringan yang biasanya dipakai sebagai indeks umur biologis.
  2. Dapat menerangkan, mengapa orang-orang berumur kronologis sama mempunyai penampilan fisik dan mental berbeda.
  3. Untuk tampak awet muda, proses biologis ini yang dicegah.

 

 

 

 

 

 

2.3  Masa Tua

Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua. Antara lain :

      Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan juga jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu, pada lansia seringkali terlihat kurus.

      Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga dihubungkan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat. Sedangkan gangguan pada indera pengecap dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn yang juga menyebabkan menurunnya nafsu makan. Penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.

      Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.

      Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah BAB yang dapat menyebabkan wasir.

      Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang aktif dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas kegiatan sehari-hari.

      Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa, kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang mempunyai tujuan (apraksia) dan gangguan dalam menyususn rencana, mengatur sesuatu, mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam emlakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid atau perilaku anti sosial lainnya.

      Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai dapat terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.

      Incontinentia urine (IU) adalah pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut, sehingga usia lanjut yang mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat menyebabkan dehidrasi.

      Secara psikologis pada usia lanjut juga terjadi ketidakmampuan untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain sindrom lepas jabatan yang mengakibatkan sedih yang berkepanjangan

2.4  Karakteristik Usia lanjut

  1. Terjadi kemunduran organ (proses degeneratif).
  2. Sel-sel mengecil atau komposisi sel pembentukan jaringan ikat baru menggantikan sel-sel yang menghilang.
  3. Timbul kemunduran fungsi organ-organ tubuh.

Contoh kemunduran organ (Kartari, 1990) :

  1. 1.      Kulit :
    1. Kulit berubah menjadi tipis, kering, keriput dan tidak elastis lagi.
    2. Fungsi kulit sebagai penyekat suhu lingkungan dan perisai terhadap masuknya kuman terganggu.
    3. 2.      Rambut :
      1. Rontok, warna menjadi putih, kering dan tidak mengkilat.
      2. Berkaitan dengan perubahan degeneratif kulit.
      3. 3.      Otot :
        1. Jumlah sel otot berkurang, ukurannya antrofi, jumlah jaringan ikat bertambah.
        2. Volume otot secara keseluruhan menyusut, fungsinya menurun dan kekuatannya berkurang.
        3. 4.      Jantung dan pembuluh darah :
          1. Kekuatan mesin pompa jantung berkurang.
          2. Pembuluh darah penting khusus yang di jantung dan otak mengalami kekakuan.
          3. Lapisan intim menjadi kasar akibat merokok, hipertensi, diabetes mellitus, kadar kolesterol tinggi dan lain-lain yang memudahkan timbulnya penggumpalan darah dan trombosis.
          4. 5.      Tulang :
            1. Pada proses menua kadar kapur (kalsium) dalam tulang menurun.
            2. Tulang menjadi kropos (osteoporosis) & mudah patah
            3. 6.      Seks :
              1. Produksi hormon seks pada pria dan wanita menurun dengan bertambahnya umur.

 

2.5  Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada Lansia

2.5.1        Perubahan Fisiologis Akibat Penuaan

Perubahan pada saluran pencernaan:

  1. Rongga mulut, biasanya gigi sudah banyak yang tanggal.
  2. Esofagus (sfingter) mengeras keadaan ini memperlambat pengosongan esofagus.
  3. Lapisan lambung menipis, sekresi Hcldanpepsin berkurangsehingg apenyerapan vit B12 dan zat besi menurun.
  4. Berat usus berkurang

 

2.5.2        Perubahan pada sistem endokrin

  1. Terjadi perubahan  dalam kecepatan dan jumlah sekresi, respons terhadap stimulasi dan struktur kelenjar endokrin.
  2. Talbert (1977) menemukan bahwa pada usia 60 tahun sekresi testosteron akan menurun.
  3. Golfard (1979)  menyatakan bahwa produksi estrogen dan progesteron pada usia diatas juga akan menurun.

 

2.5.3        Perubahan pada sistem pernafasan

Diameter anterior paru membesar sehingga menimbulkan “barrel chest”. Pengepuran tulang rawan menyebabkan kelenturan tulang iga berkurang. Disamping itu osteoporosis menyebabkan gangguan kelenturan paru yang selanjutnya menurunkan kapasitas vital. Saku sparu membesar, sementara dindingnya menipis untuk kemudian bersatu sama lain membentuk sakus baru yang lebih besar. Semua perubahan ini berujung pada penurunan fungsi paru.

 

 

 

2.6  Lansia dan Menopause

Menopause adalah salah satu gejala yang akan terjadi pada masa tua seorang perempuan. Masa menopause umumnya terjadi mulai usia 40 tahun. Tandanya, siklus haid akan berhenti yang disebabkan oleh :

–          faktor hormonal.

–          Indung telur mengalami penurunan fungsi sehingga kadar hormon estrogen (hormon utama pada wanita) menjadi rendah.

 

2.6.1        Dampak Menopause:

  1. Rendahnya kadar hormon estrogen akan memberikan pengaruh nyata pada wanita, baik secara fisik maupun psikis.
  2. Muncul berbagai gejala, seperti keluhan vasomotor (berhubungan dengan pembuluh darah), atrofi urogenital (penipisan mukosa vagina), depresi dan sakit kepala.
  3. Rendahnya hormon estrogen dapat menyebabkan: kulit kering dan keriput, payudara kendur, timbunan lemak (terutama pinggul), gangguan mood, dan penurunan libido.
  4. Dalam jangka panjang, menopause meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan osteoporosis. Data American Heart Association: satu dari sembilan orang berusia 45-60 tahun terkena penyakit jantung koroner, dedangkan pada usia di atas 60 tahun, satu dari tiga wanita terkena penyakit jantung koroner.

2.6.2        Anjuran pada Wanita Menopause

  1. Makanan yang kaya akan gizi dan menghindari makanan yang mengandung kolesterol dan lemak tinggi.
  2. Berolahraga secara teratur agar tubuh tetap segar dan bugar, untuk melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan antioksidan di dalam tubuh.
  3. Jenis olahraga yang bisa dilakukan pada saat menopause yaitu jalan cepat dan senam, serta jika berusia di atas 40 tahun, dianjurkan untuk melakukan senam aerobik dan senam osteoporosis.
  4. Berfikir positif spy tidak memperburuk keadaan:

–          Sering mengalami kegalauan dan kegelisahan, merasa sudah tidak cantik dan menarik lagi sehingga takut ditinggalkan oleh suami dan sebagainya.

2.7  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia

  1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.
  2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap citarasa manis, asin, asam, dan pahit.
  3. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
  4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
  5. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
  6. Penyerapan makanan diusus menurun.

 

2.8  Masalah Gizi Pada Lansia

  1. Gizi berlebih

Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi dinegara-negara barat dan kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalagi pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan.

Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya: penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.

  1. Gizi kurang

Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkenainfeksi.

  1. Kekurangan vitamin dan mineral.

Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafs umakan berkurang, penglihatan menurun, kulitkering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.

 

 

 

 

 

2.9  Status gizi pada usia lanjut

  1. Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori menurun, status gizi lansia cenderung mengalami kegemukan/obesitas.
  2. Aktivitas/kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit, akibatnya cenderung kegemukan/obesitas.
  3. Ekonomi meningkat, konsumsi makanan menjadi berlebihan, akibatnya cenderung kegemukan/obesitas.
  4. Fungsi pengecap/penciuman menurun/hilang, makan menjadi tidak enak dan nafsu makan menurun, akibatnya lansia menjadikurang gizi (kurang energi protein yang kronis)
  5. Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan makan yang berserat (sayur, daging) dan cenderung makan makanan yang lunak (tinggi klaori), hal ini menyebabkan lansia cenderung kegemukan/obesitas.
  6. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini mengganggu penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi defisiensi zat-zat gizi mikro.
  7. Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar, sehingga lansia menderita wasir yang bisa menimbulkan perdarahan dan memicu terjadinya anemia.
  8. Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat menurunkan nafsu makan yang menyebabkan kurang gizi dan hepatitis atau kanker hati.
  9. Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk menyiapkan makanan sendiri dan menjadi kurang gizi.
  10. Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya nafsu makan menurun dan menjadi kurang gizi.
  11. Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun akibatnya menjadi kurang gizi
  12. Dimensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan, yang dapat menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi.

 

 

 

 

 

2.10        Kebutuhan gizi lansia

Masalah gizi yang dihadapi lansia berkaitan erat dengan menurunnya aktivitas biologis tubuhnya. Konsumsi pangan yang kurang seimbang akan memperburuk kondisi lansia yang secara alami memang sudah menurun.

  1. Kalori

Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.

Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal pada orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan berkurangnya massa otot dan aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan protein 4 kal per gramnya. Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 20% dari lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan kalori untuk lansia laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal.

Bila jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas.  Sebaliknya, bila terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga tubuh akan menjadi kurus.

  1. Protein

Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari adalah 1 gram per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh telah berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien). Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.

  1. Lemak

Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah ke jantung). Juga dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA = poly unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam lemak jenuh.

  1. Karbohidrat dan serat makanan

Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat makanan telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacangkacangan dan biji-bijian yang berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat.

  1. Vitamin dan mineral

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E umumnya kekurangan ini terutama disebabkan dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran, kekurangan mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat.

  1. Air

Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine), membantu pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Pada lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.

Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu :

  1. Kelompok zat energi, termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
    1.  Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum, ubi, roti, singkong dll, selain itu dalam bentuk gula seperti gula, sirup, madu dll.
    2. Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega, margarine, susu dan hasil olahannya.
    3. Kelompok zat pembangun

Kelompok ini meliputi makanan – makanan yang banyak mengandung protein, baik protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacangkacangan dan olahannya.

  1. Kelompok zat pengatur

Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin dan mineral, seperti buah-buahan dan sayuran.

 

2.11        Kecukupan Gizi

Kebutuhan gizi lansia setiap individu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dibawah ini :

–          Umur

–          Jenis kelamin

–          Aktivitas/kegiatan fisik dan mental

–          Postur tubuh

–          Pekerjaan

–          Iklim/suhu udara

–          Kondisi fisik tertentu

–          Lingkungan

Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk manula dalam sehari

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.12        Syarat dalam penyusunan menu lansia

  1. Menu hendaknya mengandung zat gizi dari beraneka ragam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
  2. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh usia lanjut adalah 50% dari Hidrat Arang yang bersumber dari Hidrat Arang kompleks.
  3. Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yang 25-30% dari total kalori.
  4. Jumlah protein yang dikonsumsi sebaiknya 8-10% dari total kalori.
  5. Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah yang bertahap
  6. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu nonfat, yoghurt, ikan.
  7. Makanan mengandung zat besi (Fe dalam jumlah besar, seperti kacang-kacangan, hati,daging, bayam atau sayuran hijau).
  8. Membatasi penggunaan garam. Perhatikan label makanan yang mengandung garam, seperti adanya monosodium glutamat, sodium bikarbonat, sodium citrat.
  9. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan yang segar dan mudah dicerna.
  10. Hindari bahan makanan yang mengandung alkohol dalam jumlah besar.
  11. Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah, seperti bahan makanan yang lembek.
  12. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil.
  13. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang kurangi makanan yang digoreng

 

2.13        Upaya Hidup Sehat bagi Lanjut Usia

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. 1.      Faktor Gizi

Pendidikan gizi bagi kaum usia lanjut, kelompok pra pensiun dan mereka yang akan merawat manula merupakan pencegahan yang amat penting.

  1. 2.      Olahraga

Usia bertambah tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat usia lanjut kemampuan akan turun antara 30 – 50%5. Oleh karena itu, bila para usia lanjut ingin berolahraga harus memilih sesuai dengan umur kelompoknya, dan kemungkinan adanya penyakit. Olahraga usia lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif/bertanding.

Adapun olahraga yang dianjurkan pada lansia dapat berupa jalan santai, lari yang tidak begitu cepat, bersepeda lambat dan beberapa olahraga lain yang tidak bersifat kompetitif, namun sebaiknya konsultasi terlebih dahulu kepada dokter sebelum melakukan olahraga.

  1. 3.      Lain-lain

Hal-hal lain yang tak kalah pentingnya untuk diperhatikan dalam menjaga kesehatan seseorang, yaitu yang sebagai berikut :

–          Kerja ringan : tidak boleh bermalas-malasan, tanpa mengurangi tidur dan istirahat yang cukup.

–          Sebaiknya tidak merokok, karena orang merokok sangat berisiko mudah terkena serangan berbagai penyakit, seperti mempercepat menderita serangan jantung, kanker, paru-paru, TBC, tekanan darah tinggi.

–          Memeriksakan kesehatan secara teratur biarpun tidak sakit, dan cepat berobat bila sakit

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 3

KESIMPULAN

Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua.

Menurut Durmin(1992) membagi lansia menjadi young elderly (65-74 tahun) dan older elderly (75 tahun keatas).

Menurut Munro (1987) membagiolder elderly menjadi2 yaitu usia75-84 dan 85 tahun keatas.

Menurut M.AlwiDahlan: lansia adalah orang yang telah berusia 60 tahun atau sudah masuk pada masa pensiun.

Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada Lansia antara lain :

  1. Perubahan Fisiologis Akibat Penuaan
  2. Perubahan pada sistem endokrin
  3. Perubahan pada sistem pernafasan

Masalah Gizi Pada Lansia

  1. Gizi berlebih
  2. Gizi kurang
  3. Kekurangan vitamin dan mineral

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 4

PEMBAHASAN

Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua.

 

10 Langkah agar dapat hidup lebih lama, sehat, dan berarti untuk lansia

  1. 1.      Menciptakan pola makan yang baik, kemudian bersahabat dengannya Cobalah menciptakan suasana yang menyenangkan di meja makan semenarik mungkin sehingga dapat menimbulkan selera
  2. 2.      Memperkuat daya tahan tubuh, Makanlah makanan yang mengandung zat gizi yang mengandung zat gizi yang penting untuk kekebalan, seperti : biji-bijian utuh, sayuran berdaun hijau, makanan laut.
  3. 3.      Mencegah tulang agar tidak menjadi keropos dan mengerut Santaplah makanan yang mengandung vitamin D. Pada usia diatas 60 tahun kemampuan penyerapan kalsium menurun, vitamin D membantu penyerapan kalsium dalam tubuh, contoh makanan sumber vitamin D adalah susu
  4. 4.      Memastikan agar saluran pencernaan tetap sehat, aktif dan teratur Karena itu harus makan sedikitnya 20 gram makanan yang mengandung serat, seperti biji-bijian, jeruk dan sayuran yang berdaun hijau tua.
  5. 5.      Menyelamatkan penglihatan dan mencegah terjadinya katarak Santaplah makanan yang mengandung vitamin C, E dan B karoten (antioksidan), seperti : sayuran berwarna kuning dan hijau, jeruk sitrun dan buah lain.
  6. 6.      Mengurangi resiko penyakit jantung Yaitu dengan membatasi makanan berlemak yang banyak mengandung kolesterol dan natrium dan harus banyak makan makanan yang kaya vitamin B6, B12, asam folat, serat yang larut, kalsium dan aklium, seperti biji-bijian utuh, susu tanpa lemak, kacang kering daging tidak berlemak, buah, termasuk nanas dan sayuran.
  7. 7.      Agar ingatan tetap baik dan sistem syaraf tetap bagus, harus banyak makan vitamin B6, B 12 dan asam folat
  8. 8.      Mempertahankan berat badan ideal dengan jalan tetap aktif secara fisik, makan rendah lemak dan kaya akan karbohidrat kompleks.
  9. 9.      Menjaga agar nafsu makan tetap baik dan otot tetap lentur. Dengan jalan melakukan olah raga aerobik (berjalan atau berenang). Olah raga dilakukan menurut porsi masing-masing usia serta tingkat kebugaran setiap orang.
  10. 10.  Tetaplah berlatih

 

gizi pada bayi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Angka kematian bayi yang cukup tinggi didunia dapat dihindari dengan pemberian air susu ibu pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan yang berperan  penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus dimasa depan (Arifin, 2004). Dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan ASI termasuk ASI ekslusif telah memadai, hal ini terbukti Departemen Kesehatan menggencarkan kampanye pemberian ASI ekslusif selama enam bulan disertai pula dengan informasi manfaat ASI ekslusif (Amori, 2007).

Kelahiran bayi kiranya merupakan momen yang paling menggembirakan bagi orang tua manapun. Mereka ingin bayi mereka sehat dan memiliki lingkungan emosi dan fisik yang terbaik. Setelah lahir, nutrisi memainkan peran terpenting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI adalah makanan terbaik bagi bayi sampai ia berumur sekitar enam bulan (Ramaiah, 2007).

1.2  Tujuan

1.2.1      Mampu mengidentifikasi MP-ASI yang baik untuk bayi.

1.2.2      Mengetahui permasalahan dalam pemberian MP-ASI

1.2.3      Keuntungan dan kerugian MP-ASI

BAB 2

TNJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian MP-Asi

Makanan pendamping ASI atau bisa disebut MP-ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi selain ASI, dimana jenis dan karakter dari makanan tersebut disesuaikan dengan umur bayi.

MP-ASI diberikan mulai usia 4 bulan sampai 24 bulan. Semakin meningkat usia bayi/anak, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah karena tumbuh kembang, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini.

2.2 Persyaratan MP-ASI

Kriteria yang harus dimiliki oleh MP-ASI adalah sebagai berikut:

–          Nilai gizi dan kandungan proteinnya tinggi.

–          Memiliki nilai suplementasi yang baik, mengandung vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup.

–          Dapat diterima dengan baik.

–          Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal.

–          Bersifat pada gizi kandungan serat kasar / bahan lain sukar dicerna terlalu banyak justru akan mengganggu pencernaan bayi.

Dalam pemberian MP-ASI pada anak harus memenuhi beberapa yang harus diperhatikan oleh ibu yaitu :

  1. Makanan yang disajikan harus sesuai dengan kebutuhan bayi
  2. Makanan yang disajikan dapat diterima dengan baik oleh organ pencernaan bayi.
  3. Jumlah atau porsi makanan, baiknya diberi dengan prinsip porsi kecil tapi sering ( PKTS )
  4. Urutan pemberian MP-ASI, diberikan secara bertahap berurutan.
  5. Jadwal waktu makan

2.3 Tujuan Pemberian MP-ASI pada Bayi

Dalam pemberian makanan pendamping asi menurut shollihin (1999) yaitu :

  1. Untuk menambah energi
  2. Membantu dalam proses pertumbuhan bayi
  3. Sebagai makanan pelengkap
  4. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah, mencium dan menelan serta melakukan adaptasi pada makanan yang mengandung energi tinggi.
  5. Guna memenuhi zat-zat gizi yang belum dipenuhi oleh asi guna menunjang proses pertumbuhan agar tetap optimal.

Ditambahkan pula dalam tahapan pemberian makanan pendamping ASI menurut DEPKES RI ( 1999 ):

  1. Pentingnya golongan makanan

Golongan makanan yang mengandung vitamin dan protein yang penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Vitamin, hidrat arang, lemak sayur dan buah aik untuk pertumbuhan. Vitamin A baik untuk perkembangan mata dan kesehatan kulit yang baik. Vitamin C untuk kesehatan gigi dan jaringan dan vitamin D yang sangat berharga karena banyak mengandung protein yang menunjang pertumbuhan.

  1. Nasfsu makan anak

pada umumnya untuk kebiasaan anak tidak teratur, anak umumnya lebih suka apa yang dimakan makan dibandingkan jumlah.

2.4  Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian MP-ASI

  1. Pendidikan ibu

Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu ,kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelakupendidikan ( notoatmodjo ,2003 ).

  1. Gangguan pengaturan selera makan

Makan padat dianggap sebagai penyebab kegemukan. Beberapa penelitian menunjukan bayi yang diberi susu formula dan makanan padat akan meningkatkan berat badan dibanding bayi yang diberi susu formula saja.

  1. Perubahan selera makan

Bayi biasanya sering makan makanan yang disukai tidak pandang itu bahaya atau tidak terhadap tubuh mereka. Kebiasaan makan yang manis dan banyak mengandung gula kurang baik bagi bayi dan biasanya akan menyebabkan kerusakan gigi ( karies gigi ) pada bayi dan akan membiasakan bayi untuk makan yang manis.

  1. Gangguan saluran pencernaan

Bayi yang secara dini diperkenalkan makanan pendamping kurang baik karena pada usia yang masih dini saluran pencernaan belum bisa berfungsi secara sempurna terutama pada lambung dan usus. Sehingga bayi akan sering mengalami diare ,infeksi saluran pencernaan, dll.

2.5  Dampak Pemberian MP-ASI

Menurut amalia ( 2006 ) bayi terlalu dini diberikan  makanan pendamping asi ( MP-ASI ) dapat mengalami dampak sebagai berikut :

  1. Gangguan menyusui

bayi usia 0-6 bulan makanan yang paling cocokadalah ASI eksklusif tetapi dalam hal ini bayi sudah diperkenalkan makanan selain ASI sehingga dalam kelangsungan laktasi akan mengalami gangguan dan bayi akan sulit menyusu.

  1. Beban ginjal yang meningkat

Beyi yang secara dini diperkenalkan makanan pendamping kurang baik karena pada usia yang masih dini sistem-sistem organ terutama organ ginjal belum bisa berfungsi dengan sempurna ,karena fungsi ginjal sebagai reabsorbsi kembali. Makanan yang dimakan bayi terlalu banyak mengandung natrium klorida akan meningkatkan beban kerja ginjal 2x lipat dan kemungkinan akan terjadi hiperosmolaritas sehingga bayi cepat lapar dan haus.

  1. Alergi terhadap makanan

Sistem organ yang belum sempurna pada bayi dan sistem imunitas yang masih rendahmakabayi yang mendapatkan makanan pendamping ASI akan mudah alergi terhadap makanan yang dimakan antaranya alergi terhadap susu sapi dengan angka kejadian sekitar 7,5% ,selain itu juga bayi dapat alergi terhadap sayuran ,ikan, telur, sereal, dll.

2.6  Usia dalam Pemberian MP-ASI

Menurut lewis ( 2004 ) kebutuhan nutrisi yang harus dikonsumsi oleh bayi yaitu :

  1. Usia 0-6 bulan

Bayi hanya diberi ASI saja lebih sering, karena ASI banyak mengandung zat-zat antibody yang sangat dibutuhkan oleh tubuh ,serta sangat baik untuk masa pertumbuhan otak bayi.

  1. Usia 6-9 bulan

Makanan yang cocok diberikan diantaranya bubur, tepung beras, bubur encer, pisang lumat, dan pepaya lumat.

  1. Usia 9-12 bulan

Bayi diberikan ASI dan makanan pendamping seperti makanan bubur, nasi dan menginjak usia 10 bulan bayi mulai diperkenalkan makanan keluarga.

  1. Usia 12-24 bulan

Bayi tetap terus diberi ASI dan makanan lengkap sekurang-kurangnya diberikan 3x sehari dengan porsi yang sedikit dan diberikan makanan selingan 2-3x sehari.

Menurut WHO ( 2003 ) tentang makanan pendamping yang baik untuk bayi adalah:

  1. Makanan yang dimakan dapat memenuhi kebutuhan terutama zat-zat besi, kalsium, vitamin A,B,C,D,K.
  2. Bersih dan aman.
  • Tidak ada bakteri pathogen
  • Tidak ada bahan kimia lainnya yang berbahaya
  • Makanan yang disajikan tidak terlalu panas
  • Makanan yang disajikan tidak terlalu pedas
  • Makanan mudah dicerna
  • Disukai oleh anak
  • Makanan tersedia dan terjangkau

2.7 Cara Pemberian MP- ASI pada Bayi

  • Berikan secara hati-hati sedikit demi sedikit dari bentuk encer kemudian yang lebih kental secara berangsur – angsur.
  • Makanan diperkenalkan satu persatu sampai bayi benar-benar dapat menerimanya.
  • Makanan yang dapat menimbulkan alergi diberikan paling terakhir dan harus dicoba sedikit demi sedikit misalnya telur, cara pemberiannya kuningnya lebih dahulu setelah tidak ada reaksi alergi, maka hari berikutnya putihnya.
  • Pada pemberian makanan jangan dipaksa, sebaliknya diberikan pada waktu lapar ( Notoatmodjo, 1998: 138 ).

2.8 Tahap-Tahap Pemberian MP-ASI

Dalam pemberian MP-ASI terdapat beberapa tahapannya yaitu :

  1. Mutu bahan makan, mutu bahan makanan yang baik sangat membantu dalam proses pertumbuhan karena yang terkandung dalam makanan sangat tinggi.
  2. Tekstur dan kekentalan makanan , bayi dengan tekstur makanan lumat atau cair akan membantu dalam proses makan secara bertahap.
  3. Jenis makanan, bayi yang secara dini diperkenalkan satu per satu jenis makanan supaya mengenal dengan baik sehingga nantinya dengan perkembangan waktu yang dapat menerima makan yang baru.
  4. Jumlah atau porsi makanan, pemberian makanan secara bertahap merupakan cara yang tepat dalam proses makan.
  5. Urutan pemberian MP-ASI ,makanan yang diberikan secara berahap dan berurutan dari makanan yang ringan kemudian agak padat ,seperti makan saring ,nasi tim, sari jeruk dan jus kemudian dilanjutkan dengan sayuran dan daging.
  6. Jadwal waktu makan ,jadwa makan yang diperlukan bagi bayi sangat bervaiasi tergantung tingkat lapar pada bayi. Jadwal yang sesuai dengan keadaan lapar atau haus yang sangat berkaitan dengan pengosongan lambung sehingga saluran cerna siap untuk diidi makanan ( ferdinan ,2008 )

2.9 Jenis Jenis MP-ASI

Umur Bayi

 

Jenis makanan

 

Berapa kali sehari

 

0 – 4 / 6 bulan

ASI

10 – 12x / hari

 

Kira-kira 6 bulan

– AS

– Bubur lunak / sari buah

– Bubur : bubur Havernout/ bubur tepung beras merah

Kapan diminta

1 – 2x / hari

Kira-kira 7 bulan

– ASI

– Buah – buahan

– Hati ayam / kacang – kacangan

– Beras merah / ubi

– Sayuran (wortel, bayam)

– Minyak / santan / advokad

– Air tajin

Kapan diterima

3x / hari

Kira-kira 9 bulan

– ASI

– Buah-buahan

– Bubur / roti

– Daging / kacang-kacangan/ ayam/ ikan

– Beras merah/ kentang/ labu/jagung

– Kacang tanah

– Minyak / santan/ advokat

– sari buah tanpa gula

Kapan diterima

4 – 6x / hari

Kira-kira 12 bulan/ lebih

– ASI

– Makanan pada umumnya, termasuk telur dengan kuningnya

– Jeruk

Kapan diterima

4 – 6x / hari

2.10 Prinsip Dasar Pemberian MP-ASI:

  • Bayi disuapi, batita dibantu makan sendiri. Ikuti isyarat lapar-kenyang anak.
  • Beri makan perlahan dan sabar, jangan paksa.
  • Eksperimen berbagai kombinasi, rasa, tekstur dan cara menggugah selera makan anak.
  • Ingatlah bahwa anak belajar ketika makan, maka berikan kasih sayang dan perhatian.

 BAB 3

PEMBAHASAN

Kelahiran bayi kiranya merupakan momen yang paling menggembirakan bagi orang tua manapun. Mereka ingin bayi mereka sehat dan memiliki lingkungan emosi dan fisik yang terbaik. Setelah lahir, nutrisi memainkan peran terpenting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI adalah makanan terbaik bagi bayi sampai ia berumur sekitar enam bulan (Ramaiah, 2007).

Setelah bayi berumur lebih dari 6 bulan bayi telah siap untuk mendapatkan makanan selain Asi untuk memenuhi zat gizi yang diperlukan karena bayi akan semakin banyak membutuhkan zat gizi dan dengan berjalannya waktu zat gizi yang diberikan oleh ASI tidak akan mencukupinya lagi.

MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini.

 BAB 4

KESIMPULAN

  1. Makanan pendamping ASI atau bisa disebut MP-ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi selain ASI, dimana jenis dan karakter dari makanan tersebut disesuaikan dengan umur bayi.
  2. Dalam memberikan MP-ASI perlu diperhatikan beberapa hal yaitu :

–          Persyaratan MP ASI

–          Tujuan pemberian MP-ASI pada bayi

–          Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian MP-ASI

–          Dampak Pemberian MP-ASI

–          Usia dalam Pemberian MP-ASI

–          Syarat-syarat MP-ASI

–          Cara Pemberian MP- ASI pada bayi

–          Tahap-Tahap Pemberian MP-ASI

–          Jenis Jenis MP-ASI

–          Prinsip dasar pemberian MP-ASI: